Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh... Ukhuwah islamiyah..

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh... Ukhuwah islamiyah.. saudara seiman.. uhibbukum fillah, lillah , Ilallah

Wednesday 2 March 2011

Menghafal Al-Qur’an Dapat Tingkatkan Prestasi Akademis





Orang yang terbiasa menghafal al-Qur’an, maka ia akan belajar keseriusan dalam hidup, serta belajar menata dan mengatur hidupnya.

Para akademisi dan spesialis sependapat bahwa menghafal al-Qur’an memiliki efek yang baik dalam pengembangan keterampilan dasar pada siswa, serta dapat meningkatkan pendidikan dan prestasi akademis.

Dr. Abdullah Subaih, profesor psikologi di Universitas Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyah di Riyadh, menyerukan kepada para pelajar agar mengikuti halaqoh-halaqoh menghafal al-Qur’an. Ia juga menegaskan bahwa hafalan al-Qur’an tersebut dapat membantu untuk konsentrasi dan merupakan syarat mendapatkan ilmu.

Ia juga menambahkan bahwa semua ilmu pengetahuan, baik itu ilmu kedokteran, matematika, ilmu syari’ah, ilmu alam dan lain sebagainya, membutuhkan konsentrasi yang tinggi dalam meraihnya. Dan bagi orang yang terbiasa menghafalkan al-Qur’an, ia akan terlatih dengan konsentrasi yang tinggi.

Menurutnya, sel-sel otak itu seperti halnya dengan anggota tubuh yang lainnya, yakni harus difungsikan terus. Orang yang terbiasa menghafal, maka sel-sel otak dan badannya aktif, dan menjadi lebih kuat dari orang yang mengabaikannya.

Dr. Subaih juga menjelaskan bahwa orang yang terbiasa menghafal al-Qur’an, maka ia akan belajar keseriusan dalam hidup, serta belajar mengatur hidupnya. Selain itu, mereka juga memiliki kemampuan dalam merencanakan tujuan hidup, serta meraihnya.

Jadi, tunggu apalagi?? Yuk kita mulai menghafal Qur’an sekarang !!

diadaptasi dari : hidayatullah.com

10 Bersaudara Bintang Al-Qur’an


10 Bersaudara Bintang Al Qur’an bertutur secara inspiratif kepada kita. Di tengah kesibukan seperti apa pun kita masih berkesempatan untuk menjadikan anak-anak kita sebagai bintang. Buku ini berbagi kisah, bagaimana menularkan semangat dan mengjarkan Al Qur’an kepada anak-anak kita dan apa saja ikhtiar yang bisa ditempuh untuk mengantarkan putra dan putri kita menjadi hafiz Al Qur’an, terutama di tengah budaya tontonan yang begitu gencar dan sangat vulgar.

Inilah sebuah kisah inspiratif dan luar biasa tentang sebuah keluarga supersibuk yang kesepuluh anaknya tumbuh menjadi bintang.

Buku ini tentu mengajarkan keteladanan bahwa menghafal Quran itu bisa dilakukan oleh siapa pun, termasuk oleh keluarga yang supersibuk sekalipun. Faktanya sudah sedemikian nyata. Oleh karena itu, sejatinya seluruh keluarga Muslim sudah dapat mulai membiasakan menghafal Alquran sejak sekarang.

Bagaimana cara dan memulainya? Teladani keluarga 10 bersaudara ini melalui buku 10 Bersaudara Bintang Alquran. Selamat membaca.

Al-Quran adalah satu-satunya kitap suci yang dijamin keasliannya sampai saat ini. Sebagai kitab suci agama samawi, Al-Quran juga turun dari langit yang maha tinggi. Jadi, Al-Quran itu bukan hasil karya manusia. Selain menurunkan Al-Quran, ALLAH SWT juga menjaga kemurnian kitab suci ini sampi hari kiamat tiba.

Untuk itu diciptakanlah jutaan manusia penghafal Al-Quran di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, bahkana ada sepuluh saudara kandung yang mampu menjadi penghafal Al-Quran. Dan yang lebih membanggakan lagi, mereka bukan hanya hafal Al-Quran saja, namun juga punya prestasi pada masing-masing bidang yang digelutinya.

Buku ini memberi ajaran kepada kita semua bahwa menghafal Al-Quran itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Untuk itulah sebagai orang muslim kita harus mau belajar untuk menghafal Al-Quran sejak sekarang, tidak perlu ditunda lagi.

Menjaga Kemurnian Alquran

Judul buku: 10 Bersaudara Bintang Alquran
Penulis: Izzatul Jannah dan Irfan Hidayatullah
Penerbit: Arkanleema (Sygma Publishing)

Alquran adalah satu-satunya Kitab Suci agama samawi yang terjaga kemurniannya hingga sekarang. Alquran bahkan terbebas dari ‘ramuan’ campur tangan si penerimanya sendiri, Muhammad, karena ia adalah Nabi yang ummi, tidak bisa membaca dan menulis. Selain itu, Alquran sendiri menyatakan bahwa ucapan Muhammad itu adalah wahyu (QS An-Najm [53]: 3-4). Sebagai Kitab Suci agama samawi, Alquran tentu turun dan diwahyukan dari ‘langit’, dari Yang Mahatinggi.

Ada banyak bukti yang tidak terbantahkan mengenai argumentasi ini. Secara nyata, tidak ada seorang manusia pun yang hingga saat ini mampu membuat yang setara dengan Alquran, seperti yang ditantangkan Allah SWT dalam Alquran. Artinya, sangat jelas, Alquran bukanlah karya manusia dan tidak ada campur tangan manusia pula di dalamnya. Secara tertulis, tidak kurang dari 70 ayat dalam Alquran menyatakan bahwa Allah Yang Mahatinggi-lah yang menurunkan Alquran.

Selain menurunkan dan mewahyukan Alquran, Allah SWT berkomitmen menjaga kemurniannya hingga Hari Kiamat. Sebagai salah satu wujud komitmen-Nya, Allah menciptakan jutaan penghafal Alquran di seluruh dunia. Indonesia, sebagai negeri dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, memiliki ribuan penghafal Alquran.

Fakta ini bisa dengan mudah dilihat di masjid-masjid besar saat bulan Ramadhan. Para imam yang mengimami qiyamullail di masjid-masjid itu hampir rata-rata adalah ustadz yang hafal Alquran. Fakta mutakhir tentang hal ini di Indonesia adalah SEPULUH BERSAUDARA PENGHAFAL ALQURAN. Kesepuluh bersaudara ini tidak lahir dari keluarga yang khusus mendalami Alquran. Mereka malah lahir dari ayah yang anggota DPR, sangat sibuk, dan jarang di rumah. Lebih dari itu, ibu mereka juga ternyata pemimpin organisasi wanita besar yang memiliki cabang di 28 provinsi di Indonesia, sangat sibuk, dan sering sekali pulang-pergi ke luar negeri.

Kesepuluh bersaudara ini tidak hanya menjadi bintang dalam hafalan Alquran. Mereka ternyata mampu menorehkan prestasi melangit di sekolahnya masing-masing. Kesepuluh bersaudara ini adalah: Afzalurrahman (24th): Hafal Alquran 30 juz, Teknik Geofisika ITB, Ketua Umum Majelis Taklim Salman ITB, peraih Pertamina Youth Program. Faris Jihady Hanifa (22th): Hafal Alquran 30 juz sejak usia 10 tahun, Fakultas Syariah LIPIA, Juara I Tahfiz Alquran Kerajaan Saudi Arabia.

Maryam Qanitat (20th): Hafal Alquran 30 juz sejak usia 16 tahun, Fakultas Dirasat Islamiyah Jurusan Hadits Al Azhar Islamic University Cairo, Lulusan Terbaik Pesantren Khusnul Khatimah. Scientia Afifah Taibah (18th): Hafal Alquran 26 juz, Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Ahmad Rasikh Ilmi (17th): Hafal Alquran 15 juz, Lulusan Terbaik SMPIT Al Kahfi.

Ismail ghulam Halim (15th): Hafal Alquran 13 juz, Santri Teladan dan Favorit serta Juara Umum SMPIT Al Kahfi. Yusuf Zaim Hakim (14th): Hafal Alquran 9 juz, Peserta Pembinaan Pra-Olimpiade Nasional. Muhammad Syaihul Basyir (13th): Hafal Alquran 30 juz pada saat kelas 6 SD. Hadi Sabila Rosyad (11th): Hafal Alquran 2 juz; Juara I Lomba Membaca Puisi. Himmaty Muyassarah (9th): Hafal Alquran 2 juz.

Bagaimana dari seorang ayah dan ibu yang supersibuk tersebut lahir sepuluh bersaudara yang mampu menjadi bintang hafalan Alquran? Inilah yang secara gamblang dibahas dalam buku ini. Buku dibagi menjadi lima bagian. Bagian pertama menjelaskan bagaimana mereka berkomitmen menjadi ‘penjaga’ Alquran. Bagian kedua menjelaskan bagaimana keseluruhan dari keluarga ini berikhtiar membina keluarga qurani.

Bagian ketiga menjelaskan bagaimana seluruh keluarga ini menghadapi tantangan dan menemukan hikmah dalam menghafal Alquran. Bagian keempat menjelaskan profil kesepuluh bersaudara bintang hafalan Alquran. Bagian akhir (kelima) dari buku ini ditutup oleh penjelasan dari sudut pandang psikologis, mengapa menjadi penghafal Alquran itu menjadi sangat penting.

Buku ini tentu mengajarkan keteladanan bahwa menghafal Quran itu bisa dilakukan oleh siapa pun, termasuk oleh keluarga yang supersibuk sekalipun. Faktanya sudah sedemikian nyata. Oleh karena itu, sejatinya seluruh keluarga Muslim sudah dapat mulai membiasakan menghafal Alquran sejak sekarang. Bagaimana cara dan memulainya? Teladani keluarga 10 bersaudara ini melalui buku 10 Bersaudara Bintang Alquran.

Sumber : Republika Online

AURAT WANITA



Mungkin sebagian wanita belum tahu apa sebenarnya aurat itu….
Berkaitan dengan hukum aurat perempuan secara jelasnya telah dinyatakan oleh Allah Taala dalam Al-Qur’an sebagai satu perintah dan kewajipan yang harus dilaksanakan oleh hambaNya yang mukmin mengikut keadaan dan situasi yang tertentu. Adalah menjadi satu kemestian “WAJIB” bagi setiap wanita akur dengan perintah Allah untuk memakai menutup kepala mereka dan jika perlu termasuk juga mukanya tanpa banyak soal dan tanpa alasan-alasan yang bodoh. Kiranya ada di antara mereka yang ingkar dengan perintah yang sudah termaktub dalam Kitabullah, ingatlah siksaan Allah adalah amat keras buat mereka!!!!!!. Sebagai melaksanakan kewajiban untuk menyebarkan yang HAQ ini, maka suluk bentangkan di sini dalil dan nas yang berkaitan dengan KEWAJIPAN MENUTIP AURAT bagi setiap wanita Islam yang mengaku beriman dengan Kitab Allah dan Rasulnya. Antaranya ialah sebagaimana berikut;

Nas Pertama

“Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan; dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya.” [Surah An-Nur:31}

Nas Kedua

"Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani." [Surah Al-Ahzab:59]

Nas Ketiga {Dari Kitab-kitab karangan Ulama Muktabar]

1. Aurat antara muslimat dan bukan muslimat.
Khilaf ulama’ dalam mentafsirkan kalimah `auNisaa’ ihinna’ dalam ayat 31 surah anNuur (24).
Menurut Tafsir Fakhrur_Razi, Jld 23, ms 207 menyatakan jumhur ulama’ mentafsir kalimah itu sebagai wanita-wanita Islam sahaja. Dari tafsir Qurthubi (Jld 12, ms 233) juga mentafsirkan kalimah “aunisaa’ihinna” itu sebagai wanita muslimah sahaja.

Ini bermakna aurat wanita dihadapan wanita bukan Islam ialah muka dan dua tapak tangan. Imam Qurthubi membawa hujah perintah Umar alKhattab RA kepada Gabnurnya, Abu Ubaidah alJarrah supaya tidak membenarkan wanita Islam mandi
bersama wanita ahli Zimmah di permandian awam.

Pandangan yang agak berlainan dari pandangan jumhur ialah pendapat Ibn Arabi (Ahkamul Qur’an, Jld 3, ms 326)
beliau berpendapat maksud `aunisaa’ihinna’ (wanita mereka) itu bermaksud semua wanita yang baik akhlaqnya dan baik hubungannya dengan wanita muslimah. Ini bermakna wanita Islam boleh membuka auratnya kepada wanita yang baik akhlaknya dan menjalin hubunan baik dengan mereka. Ia termasuk wanita bukan Islam. Jika wanita itu buruk akhlaknya termasuk wanita Islam sendiri, maka wanita Islam tidak boleh membuka auratnya. Syaikh Ali Asyhabuni (mufassir baru dari Saudi (Tafsir Asyabuni) menyokong pendapat Ibn Arabi.

MASALAH PERTAMA:
Hukum lelaki yang baligh melihat perempuan ajnabi. Di bawah ini saya nyatakan beberapa masalah di sekitar hukum ini:

a) Haram melihat kepada aurat perempuan yang ajnabi. Aurat perempuan di hadapan lelaki ajnabi sebagaimana yang telah disepakati oleh jumhur fuqahak ialah seluruh tubuh badannya kecuali muka dan dua tapak tangan.

b) Fuqahak telah berselisih pendapat mengenai muka dan dua tapak tangan perempuan ajnabi, adakah ia aurat atau tidak.

Menurut sebahagian ulamak, kedua anggota ini adalah aurat yang wajib ditutup samada ia menimbulkan fitnah ataupun tidak, atau samada akan menaikkan syahwat kepada lelaki yang melihat ataupun tidak.

Sebahagiannya pula berpendapat bahawa kedua anggota ini bukanlah aurat yang wajib ditutup. Tidak diharamkan bagi seorang lelaki melihatnya.

Walaubagaimanapun mereka ini bersepakat mengatakan bahawa keduanya haram dilihat apabila akan menimbulkan fitnah. Ini bermakna mereka bersetuju mengatakan haram hukumnya bagi lelaki ajnabi melihat kedua anggota ini apabila menimbulkan fitnah atau melihat keduanya dengan syahwat.

c) Pengharaman melihat aurat bukan sahaja pada anggota yang masih berhubung atau melekat dengan tubuh badan, bahkan diharamkan juga melihatnya setelah ia bercerai dari tubuh badan seperti kuku, rambut, bulu kemaluan dan lain-lain.

Wajib menyimpan anggota atau bulu yang telah bercerai dari tubuh badan dari dilihat oleh lelaki atau perempuan ajnabi.

MASALAH KEDUA: Kanak yang belum mengerti tentang aurat perempuan melihat perempuan.

Perempuan tersebut wajib menutup anggota di antara pusat dan lutut sebagaimana auratnya di hadapan mahram.

MASALAH KETIGA: Lelaki yang hampir baligh.

Lelaki yang hampir baligh diharamkan melihat aurat perempuan yang ajnabi sebagaimana lelaki yang telah baligh (lihat masalah pertama).

MASALAH KEEMPAT: Lelaki yang terpotong zakarnya dan buah pelirnya

Lelaki ini diharuskan melihat perempuan yang ajnabi sebagaimana dia melihat mahramnya, iaitu selain anggota di antara pusat dan lututnya.

MASALAH KELIMA: Lelaki yang hanya mempunyai zakar sahaja tanpa buah pelir atau yang mempunyai buah pelir sahaja tanpa zakar

Lelaki ini seperti hukum lelaki yang normal, iaitu yang mempunyai zakar dan buah pelir (lihat masalah pertama).

MASALAH KEENAM: Hamba lelaki melihat tuannya (perempuan)

Jika hamba tersebut bersifat adil (tidak fasik) dan tuannya juga bersifat adil, maka harus melihatnya sebagaimana melihat mahram, iaitu selain dari anggota di antara pusat dan lutut.

MASALAH KETUJUH: Melihat hamba perempuan

Melihat hamba perempuan sebagaimana hukum melihat perempuan yang merdeka (lihat masalah pertama).

MASALAH KELAPAN: Melihat kanak-kanak perempuan

Harus melihat seluruh anggota kanak-kanak perempuan yang belum sampai peringkat diingini oleh lelaki kecuali pada farajnya.
Diharuskan kepada ibubapa, penjaga atau perempuan yang menyusukan kanak-kanak perempuan yang masih dalam peringkat menyusu dan asuhan melihat dan menyentuh farajnya. Kerana dalam usia begini, ibu ataupun pengasuh terpaksa membasuh farajnya dari najis, mengubatinya atau sebagainya.

Melihat dan menyentuh zakar kanak-kanak lelaki adalah sebagaimana faraj kanak-kanak perempuan.

MASALAH KESEMBILAN: Melihat perempuan yang telah tua

Imam al-Ghazali berkata bahawa hukum melihat perempuan ajnabi yang telah tua adalah sebagaimana hukum melihat perempuan yang masih muda.

MASALAH KESEPULUH: Melihat perempuan yang mahram (yang haram dinikahi seperti ibu, saudara perempuan dan sebagainya)

Seorang lelaki diharamkan melihat anggota di antara pusat dan lutut mahramnya. Dia diharuskan melihat selain dari anggota tersebut.

Dia juga diharuskan berkhalwat dan bermusafir bersama mahramnya.

MASALAH KESEBELAS: Lelaki melihat lelaki

Seorang lelaki diharuskan melihat selain dari anggota di antara pusat dan lutut lelaki lain.

MASALAH KEDUABELAS: Melihat lelaki muda belia yang belum ditumbuhi janggut atau bulu (amrad)

Haram melihatnya dengan syahwat.

MASALAH KETIGABELAS: Perempuan melihat perempuan

Sebagaimana hukum lelaki melihat lelaki (lihat masalah kesebelas).

MASALAH KEEMPATBELAS: Perempuan kafir melihat perempuan muslimah

Diwajibkan kepada perempuan muslimah menutup auratnya di hadapan perempuan kafir kerana tidak, berkemungkinan dia akan menceritakan auratnya kepada lelaki kafir.

MASALAH KELIMABELAS: Perempuan melihat lelaki yang ajnabi

Sebagaimana hukum lelaki melihat perempuan yang ajnabi (lihat Masalah pertama).

MASALAH KEENAMBELAS: Perempuan yang fasik melihat perempuan yang terpelihara kehormatannya

Perempuan yang terpelihara kehormatannya wajib menutup auratnya di hadapa perempuan yang fasik kerana melakukan zina atau lebian (hubungan seks antara perempuan dengan perempuan)

MASALAH KETUJUHBELAS: Suami melihat isteri

Di bawah ini adalah masalah yang berhubung kait dengan hukum ini:

a) Harus bagi suami melihat seluruh tubuh badan isterinya atau hamba perempuan yang halal untuknya, tetapi makruh melihat farajnya lebih-lebih lagi batin farajnya.

b) Diharuskan juga menyentuh farajnya. Manakala melihat dan menyentuh duburnya tanpa memasukkan zakar ke dalamnya adalah harus.

c) Pengharusan ini hanya berlaku ketika isterinya masih hidup lagi. Setelah kematiannya, hukumnya adalah sebagaimana melihat mahramnya (lihat masalah kesepuluh).

MASALAH KELAPANBELAS: Isteri melihat suami

Sebagaimana hukum suami melihat isteri (lihat masalah ketujuhbelas).

MASALAH KESEMBILANBELAS: Menyentuh sesuatu yang haram dilihat

Masalah di sekitar hukum ini ialah:
a) Haram menyentuh sesuatu yang haram dilihat sebagaimana yang tercatat di dalam masalah-masalah yang lalu, kerana menyentuh adalah lebih mendatangkan kenikmatan dan kelazatan lagi jika dibandingkan dengan melihat.

b) Haram bagi dua orang lelaki atau dua orang perempuan berbaring di dalam satu kain atau selimut dalam keadaan berbogel dan di atas satu tilam.

Ibubapa atau penjaga wajib memisahkan di antara kanak-kanak lelaki atau perempuan dari tempat tidur ibubapanya. Begitu juga antara adik beradik lelaki dan perempuan.

c) Haram memicit atau mengurut peha lelaki lain tanpa lapik. Jika berlapik, maka diharuskan tetapi dengan syarat tidak dikhuatirkan fitnah dan tidak dengan syahwat.

d) Haram menyentuh mahramnya, begitu juga sesama lelaki atau sesama perempuan sekalipun pada anggota yang harus dilihat seperti pada kaki atau perutnya, termasuk mengusapnya kecuali kerana hajat atau dilakukan kerana timbul dari perasaaan kasih sayang serta bebas dari fitnah dan syahwat.

e) Haram menyentuh muka perempuan yang ajnabi sekalipun diharuskan melihatnya kerana hendak meminang.

f) Hukum berjabat tangan.

i- Seorang lelaki diharamkan berjabat tangan dengan perempuan yang ajnabi. Dalil yang mendasari hukum ini ialah:

Dalil pertama:
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Saiyidah Aisyah r.a. mengenai bai’ah yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. terhadap beberapa orang perempuan, Aisyah r.a. berkata:
” Demi Allah, tangan baginda tidak menyentuh seorang perempuan pun dalam pembai’atan itu. Baginda hanya membai’at mereka dengan perkataannya: “Benar-benar telah aku bai’at kamu atas hal itu.” (Riwayat Bukhari)

Al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam kitabnya Fathul Bari berkata:
“Maksud ucapan Rasulullah s.a.w.:
“Benar-benar telah bai’at kamu dengan ucapan.”
adalah ucapan tanpa berjabat tangan sepertimana yang biasa terjadi, di mana lelaki berjabat tangan sewaktu bai’ah dijalankan.

Dalil kedua:
Dari Abdullah bin Amr bin al-As r.a. berkata:
“Rasulullah s.a.w. tidak pernah berjabat tangan tangan dengan perempuan dalam pembai’atan.” (Riwayat Imam Ahmad)

Sunat berjabat tangan antara sesama lelaki atau sesama perempuan ketika bertemu.

Makruh berjabat tangan dengan orang yang mempunyai penyakit kusta.

Haram hukumnya berjabat tangan dengan amrad (lelaki muda yang belum tumbuh misai atau bulu) dengan disertai oleh syahwat.

g) Makruh memeluk dan mengucup kepala sesama lelaki atau sesama perempuan kecuali terhadap orang yang baru sampai dari musafir atau orang yang lama tidak ditemui. Bahkan perkara ini sunat dilakukan.

h) Sunat mengucup tangan orang soleh, warak, berilmu agama atau sebagainya yang dihormati dan dimuliakan dari segi agamanya. Manakala makruh hukumnya melakukan perkara tersebut terhadap orang yang dihormati dari sudut keduniaannya, seperti orang yang berpangkat, orang kaya atau sebagainya.

i) Diharuskan mengucup mayat orang soleh.

j) Sunat mengucup kanak-kanak sekalipun anak orang lain kerana kasih sayang.

k) Sunat berdiri untuk orang yang mempunyai kelebihan di dalam bidang ilmu agama kerana menghormatinya, bukan kerana riyak, membesarkan atau mengagungkannya.

l) Makruh membongkokkan badan terhadap sesiapa sahaja.

KEADAAN KEDUA: MELIHAT DENGAN HAJAT

Berikut ini adalah masalah yang berhubung kait dengan keadan kedua ini, iaitu:

1) Harus melihat muka dan tapak tangan perempuan ajnabi kerana hendak mengahwininya

2) Kerana hendak membeli hamba perempuan.

Diharuskan melihat selain dari anggota di antara pusat dan lutut.

3) Kerana bermuamalat atau berurusan dengan perempuan seperti berjual beli. Yang dibenarkan hanyalah melihat mukanya sahaja untuk mengenalinya.

4) Menjadi saksi, seperti melihat faraj atau zakar kerana menjadi saksi zina atau melihat buah dada kerana menjadi saksi penyusuan.

5) Harus melihat dan menyentuh perempuan ajnabi dengan tujuan berbekam atau mengubatinya, tetapi dengan dua syarat:
a) Pengubatan itu dilakukan di hadapan mahram, suami atau dua orang perempuan yang boleh dipercayai.
b) Tidak terdapat seorangpun perempuan yang boleh mengubatinya.

6) Harus melihat muka perempuan ajnabi dan amrad ketika mengajar dengan syarat:
a) Ketiadaan tenaga pengajar wanita.
b) Berkeuzuran untuk mengajar di balik tabir, sebagai contoh: Ketika mengajar menulis atau menjahit guru terpaksa mengajarnya tanpa tabir.
c) Ada mahram, suami atau dua perempuan yang boleh dipercayai bersama perempuan tersebut.

7) Haram mengajar isteri yang telah ditalak.

Demikian himpunan hukum-kukum yang berkaitan dengan aurat perempuan yang dikutip dari Al-Quran, Hadis dan Ulama-ulama yang Muktabar.

Kesimpulannya; tidak syak lagi bahawa WAJIB bagi seorang perempuan menutup kepala dan seluruh tubuh kepada lelaki-lelaki asing.

Sebagai pengakhirnya renungilah firman Allah Taala seperti di bawah, semoga sama-sama kita mendapat peringatanNya;

“Dan tidaklah harus bagi orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan – apabila Allah dan RasulNya menetapkan keputusan mengenai sesuatu perkara – (tidaklah harus mereka) mempunyai hak memilih ketetapan sendiri mengenai urusan mereka. Dan sesiapa yang tidak taat kepada hukum Allah dan RasulNya maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang jelas nyata.” {Surah Al-Ahzab:36}
.
Allahu A’lam