SIFAT
– SIFAT ANTIBAKTERI FRAKSI KAYA ALKALOID
YANG DIPEROLEH DARI BERBAGAI BAGIAN TANAMAN
PROSOPIS
JULIFLORA
RINGKASAN
Fraksi alkaloid banyak
diperoleh dari berbagai bagian pada Prosopis
juliflora dinilai memiliki sifat antibakteri yang dapat diuji menggunakan
metode difusi pada beberapa strain bakteri Gram-negatif dan Gram-positif
seperti E.coli, Staphylococcus aureus, Bacillus
cereus, Psuedomonas putida, Klebsiella, Salmonella, dan Acinetobacter
Alcaligen. Efek antibakteri yang kuat ditunjukkan oleh ekstrak daun, buah
dan bunga, dengan nilai MIC berkisar antara 25μg/ml-100μg/ml. Ekstrak daun
menunjukkan aktivitas tertinggi di antara semua bagian tanaman. Klebsiella ialah bakteri yang paling
rentan dengan antibakteri, sedangkan Acinetobacter
dan Alcaligen adalah bakteri yang tidak
rentan.
Sebuah perbandingan
zona inhibisi dari fraksi yang kaya alkaloid dengan antibiotik standar, seperti
ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, oflaxacin, refampin, streptomisin dan
obat sulfa menunjukkan perbandingan zona inhibisi yang sama. Pertumbuhan Acinetobacter dan Alcaligen tidak dihambat oleh antibiotik standar, sedangkan dengan
ekstrak alkaloid dapat dihambat . Sama halnya dengan E.Coli , bakteri tersebut resisten terhabat antibiotik tetapi dapat
dihambat oleh alkaloid dari tumbuhan tersebut. Alkaloid dalam ekstrak tanaman
dianalisis oleh DART-MS. Hasil data dari DART-MS menunjukkan bahwa fraksi kaya
alkaloid dalam tumbuhan tersebut ialah alkaloid jenis pipperidin. .
Kata kunci: Prosopis juliflora,
antibakteri, DART-MS, piperidin alkaloid
BAB
I
PENDAHULUAN
Gejala epidemi akibat obat
yang tahan (resisten) terhadap mikroorganisme, menimbulkan ancaman besar bagi
kesehatan manusia. Munculnya resistensi antibiotik mikroba akibat penggunaan
antibiotik sembarangan, memerlukan kebutuhan untuk mencari sumber alternatif
agen antimikroba. Salah satu strategi yang mungkin adalah melibatkan lokalisasi
rasional fitokimia bioaktif yang memiliki aktivitas antibakteri. Tanaman selalu
menjadi sumber produk alami untuk pengobatan berbagai penyakit. Tanaman mengandung
senyawa - senyawa kimia yang unik untuk melindungi diri dari berbagai mikroba.
Beberapa ekstrak tanaman sudah digunakan di awal peradaban manusia untuk berbagai jenis penyakit dan infeksi. Bahkan saat
ini hamper semua penduduk dunia menggunakan ekstrak dari tanaman sebagai obat.
Orang-orang di negara-negara berkembang memanfaatkan obat tradisional sebagai
kebutuhan utama mereka untuk perawatan kesehatan, meskipun banyak sekali
tanaman yang berpotensi sebagai obat, tetapi yang mampu dianalisis baru
sebagian kecilnya.
Banyak peneliti
melaporkan bahwa konsentrasi metabolit sekunder dari setiap spesies tanaman
sangat bervariasi dan bahkan bagian yang berbeda dari tamanaman yang sama pun
memiliki konsentrasi metabolit sekunder yang bervariasi pula. Namun sangat
sedikit informasi yang tersedia tentang distribusi metabolit sekunder. Sehingga
proses analisis ini sangat penting untuk dilakukan, agar kita tahu efek
farmakologis yang dapat kita manfaatkan.
Prosopis
juliflora, anggota dari keluarga Leguminosae, ditemukan di daerah kering di India. Tumbuhan tersebut
sudah banyak digunakan sebagai obat tradisional untuk radang selaput lendir
hidung, dingin, diare, disentri, excrescences, flu, suara serak, peradangan,
campak, sakit tenggorokan dan dalam penyembuhan luka. Rebusan yang dibuat dari
ekstrak daun dan biji digunakan untuk penyembuhan luka dan sebagai disinfektan.
Teh yang terbuat dari P. juliflora
dianggap baik untuk gangguan pencernaan.
P.juliflora
merupakan sumber yang kaya akan alkaloid piperidin. Banyak alkaloid seperti
juliflorine, julifloricine dan julifloridine, juliprosine , dan juliprosinene
juliflorinine , 3' oxojuliprosopine, sceojuliprosopinol, 3-oxojuliprosine dan
3'-okso-juliprosine telah diisolasi dari daun dan telah terbukti memiliki sifat
farmakologi yang aktif. Tujuan dari penelitian ini yaitu skrining fraksi kaya
alkaloid yang diperoleh dari berbagai bagian P.juliflora terhadap beberapa jenis bakteri strain dan
membandingkan aktivitas antibakteri dari alkaloid tersebut dengan antibiotik
standar. DART – MS digunakan untuk identifikasi lebih lanjut terhadap senyawaan
alkaloid dalam tumbuhan tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Prosopis Juliflora
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Bangsa :Rosales
Suku :Caesalpiniaceae
Marga :Prosopis
Jenis :Prosopis
juliflora
Spesies :
|
Prosopis juliflora (Swartz) DC.
|
Nama
Inggris :
|
Mesquite
|
Deskripsi :
|
Semak atau pohon kecil, selalu hijau (terkadang
meluruh), tingginya dapat mencapai 13(-20) m, terdapat duri daun penumpu
(stipular spines) yang panjangnya 1-5 cm. Permukaan batang kasar. Dalam
satu tangkai daun terdapat 1-2(-4) pasang daun
majemuk, tangkai daun berukuran 1-4 cm, jarak
antar pasangan daun 3-14 mm; terdapat (6-)12-25(-29) pasang anak daun yang
duduk pada tangkainya (sessile), berbentuk elips-memanjang, panjang
6-16(-25) mm dan lebar 1.5-3(-6) mm, ujung daun membulat, permukaan daun
mengkilap dan agak tipis seperti membran. Perbungaan majemuk aksiler
menjuntai, berbentuk silindris dengan panjang 5-15 cm; panjang tiap bunga
4-5 mm, berwarna kuning hingga coklat-susu; daun kelopak berbentuk lonceng;
daun-daun mahkota 5 dan berbentuk runcing; benang sari 10. Buah menjuntai,
lurus atau agak berbentuk sabit, buah polong yang pipih. Biji berbentuk
bulat telur, panjang 6 mm dan lebar 4 mm, berwarna kecoklatan.
|
Distribusi/Penyebaran :
|
Prosopis juliflora diperkirakan berasal dari Peru
dan tumbuh secara alami pada lahan-lahan kering di sebelah urata Amerika
Selatan, AmerikaTengah, Meksiko dan sebelah selatan dari United States.
Tumbuhan ini telah diintroduksi di banyak kawasan tropis kering, mencakup
daerah di sebelah timur laut Brazil, Afrika, Australia, Asia Tenggara dan
subkontinental India. Di Kawasan Malesia, spesies ini dibudidaya di Jawa,
Papua New Guinea dan Filippina. Di Brazil, budidaya Prosopis juliflora
menjadi hal yang penting.
|
Habitat :
|
Kelebihan yang dimiliki Prosopis juliflora
terletak pada kemampuan tumbuhan ini untuk tetap dapat tumbuh pada
tanah-tanah tandus dan marjinal. Di habitat aslinya di Peru yang memiliki
rata-rata curah hujan tahunannya berkisar antara 250-500 mm, tumbuhan ini
tetap dapat tumbuh, berdaun dan berbuah (walaupun pada lokasi-lokasi dengan
curah hujan kurang dari 50 mm). Meskipun demikian, untuk pertumbuhan
optimalnya jenis ini membutuhkan curah hujan tahunan sekitar 800 mm.
Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik pada tanah berpasir di Brazil, pada
lokasi yang memperoleh curah hujan tahunan sebesar 1000 mm, dimana sebagian
besar pepohonan tetap hijau sepanjang tahun. Prosopis juliflora
mentoleransi musim kering yang lamanya mencapai 8 bulan atau lebih. Di
Peru, tumbuhan ini tumbuh pada tempat-tempat hingga ketinggian 100 m dpl.,
sedangkan di tempat lain penyebarannya dapat mencapai ketinggian 1500 m
dpl. Rata-rata suhu maksimum lingkungan tempat tumbuhnya adalah 22-34°,
sedangkan rata-rata suhu minimum per tahunnya adalah 14-22°. Prosopis
juliflora tetap dapat tumbuh pada tanah yang mengandung garam atau alkalin
tinggi. Tumbuhan ini dapat tumbuh alami pada berbagai daerah, seperti India
dan Australia, dan dapat menjadi tumbuhan liar di daerah-daerah lembap.
|
Perbanyakan :
|
Perbanyakan Prosopis juliflora dapat dilakukan
dengan menggunakan biji, stek akar, enten (sambung) dan cangkok. Tumbuhan
hasil perbanyakan dengan cangkok telah berhasil ditanam dan tumbuh dengan
cepat pada daerah-daerah tandus dan lahan-lahan bekas tambang.
|
Manfaat tumbuhan :
|
Prosopis juliflora ditanam luas untuk mereklamasi
lahan, disebabkan bersifat agresif dalam mengkoloni suatu tempat, dapat
tumbuh di tanah-tanah yang sangat miskin hara, tanah-tanah terbengkalai,
tanah bergaram atau payau (saline soils) dan tanah basa. Prosopis juliflora
juga dapat mengontrol erosi tanah, penstabil lahan-lahan berpasir dan
ditanam sebagai pohon-pohon pelindung dan penahan angin kencang.
|
Sinonim :
|
Mimosa juliflora Swartz (1788), Prosopis vidaliana
Naves (1877).
|
Sumber Prosea :
|
11: Auxiliary plants p.211-214 (author(s): L. J.
G. Van der Maesen & L. P. A. Oyen)
|
Kategori :
|
Tumbuhan perintis/reklamasi
|
|
BAKTERI
|
Bakteri Gram Positif
|
Bakteri Gram Negatif
|
Komposisi dinding sel
Ketahanan terhadap penisilin
Penghambatan oleh pewarna basa. Contoh violet,
kristal
Kebutuhan nutrien
Ketahanan terhadap
Perlakuan fisik
|
Kandungan lipid rendah (1-4%)
Lebih sensitif
Lebih dihambat
Kebanyakan spesies Relatif kompleks
Lebih tahan
|
Kandungan lipid
tinggi (11-22%)
Lebih tahan
Kurang dihambat
Kebanyakan spesies Relatif sederhana
Kurang tahan
|
Sumber: Pelezar dan Chan, 1986
ALKALOID
Alkaloid merupakan
golongan senyawa aktif
tumbuhan yang terbesar. Satu-satunya sifat
alkaloid yang terpenting adalah
kebasaanya. Alkaloid mengandung atom
nitrogen yang sering
kali terdapat dalam
cincin heterosiklik. Kebanyakan
alkaloid berupa padatan
kristal dengan titik
lebur tertentu, tidak berwarna, bersifat
basa (Leny, 2006). Alkaloid lebih mudah
larut dalam pelarut nonpolar dalam suasana basa
(Robinson, 1995).
ALKALOID PIPERIDINE
Piperidin
merupakan bagian dari alkaloid yang termasuk dalam klasifikasi alkaloid yang
memiliki cincin 6 N heterosiklik dan merupakan hasil dari biosintesis lisin.
Contoh dari piperidin yaitu
BAB III
METODE
Bahan Tanaman
Bahan
tanaman (daun, buah, bunga, akar dan batang) dari Prosopis juliflora dikumpulkan dari daerah
Shekhawati dari Rajasthan, dan
diidentifikasi dengan bantuan Departement of Botany dan Central
Drug Research Institute (CDRI), Lucknow.
Persiapan ekstrak kasar untuk screening awal
100 gram
simplisia dimasukkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan dengan etanol sampai
simplisia tersebut terendam semuanya kemudian disimpan selama 48 jam (2 hari). Setelah
itu disaring dengan kertas saring whatman dan filtratnya disentrifugasi pada 5000
rpm selama 5 menit. Seluruh Proses
diulang sebanyak 3 kali dan hasilnya dikumpulkan dalam 1 tempat. Ekstrak
dipekatkan dengan bantuan
rotary evaporator (Buchi Rotavapor R-200/205) pada suhu 40 ° C. kemudian
ekstrak tersebut diuji
sifat antibakterinya terhadap beberapa jenis bakteri strain pada konsentrasi
100mg/ml.
Ekstraksi Alkaloid
500g simplisia diekstraksi dengan etanol, ekstrak etanol
difraksinasi dengan bantuan petroleum eter dan air. Lapisan berair dipisahkan dan diekstrak
kembali sebanyak tiga kali dengan petroleum eter. Ekstrak eter terkandung lilin, steroid, triterpenoid dan
senyawa netral dan asam lainnya, sedangkan pada lapisan air
tekandung alkaloid, gula, amina dll . Lapisan air dicampurkan
dengan HCl 0.2N selama 16 jam diikuti oleh filtrasi. Larutan filtrat dikocok dengan
kloroform untuk memisahkan alkaloid dengan pengotornya.
Lapisan air dibasakan dengan
amonium hidroksida sampai mencapai pH 11, kemudian diekstraksi
dengan kloroform. Fase kloroform diuapkan untuk mendapatkan fraksi kaya alkaloid (ARF/Alkaloid
Rich Fraction). Kemudian dibuat dalam konsentrasi 10mg/ml. Untuk menguji adanya alkaloid digunakan pereaksi
Dragendorf.
Pemisahan ARF dengan Kromatografi
Lapis Tipis
ARF (Alkaloid Rich Fraction) atau fraksi yang kaya dengan alkaloid dipisahkan
dengan kromatografi lapis tipis. Estimasi kromatografi dilakukan menggunakan
ketentuan sebagai berikut: fase diam, pelat TLC RP C18 silika gel 60
F254, pelat aluminium (20 cm ×
20 cm × 250 pM), fase gerak kloroform: metanol (9:1). Hasil elusi dari spoting,
setiap bagiannya diambil dan dilarutkan dalam sejumlah kecil pelarut dan diuji bioaktivitasnya menggunakan uji difusi disk. Selain
itu dilakukan pula uji untuk keberadaan alkaloid dengan pereaksi Dragendorf.
Uji Antibakteri
Bioassay bakteri dilakukan dengan metode difusi disk pada bakteri uji
berikut, yang diperoleh dari MTCC
(Imtech, Chandigarh), Escherichia coli
(MTCC 40), Staphylococcus aureus
(MTCC3160), Bacillus cereus (MTCC430), Pseudomonas putida (MTCC672), Klebsiella
pneumonia
(MTCC3384), Salmonella spesies (MTCC3215), E.coli (amp R), Alcaligen sp.
dan Acinetobacter
sp (isolat
lokal). Untuk metode difusi disk, ARF (10μl)
ditotolkan pada disk kertas whatman filter steril dengan ukuran 0.5cm dan kemudian dibiarkan kering selama 1 jam.
Kemudian disk didekatkan pada lapisan
atas media yang sudah digoreskan bakteri. Lempeng diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 ° C.
Aktivitas senyawa antibakteri ditentukan dengan mengukur diameter zona penghambatan pertumbuhan
mikroba. Selain digunakan ekstrak alkaloid dari tumbuhan ini digunakan pula
antibiotik standar seperti, kloramfenikol, ampisilin, tetrasiklin, streptomisin, rifampisin, sulfa
narkoba dan oflaxacin (1mg/ml) untuk pengujian aktivitas antibakteri dari
antibioik standar tersebut dan akhirnya dilakukan perbandingan.
Konsentrasi Hambat Minimum / Minimum Inhibition Concentration (MIC)
MIC ARF ditentukan oleh dua-kali lipat metode serial pengenceran.
Sebuah serial
pengenceran berbagai fraksi dilakukan untuk memberikan konsentrasi akhir
antara 0,0025-5 mg/ml. 0,1 ml dari berbagai konsentrasi fraksi alkaloid ditambahkan ke dalam tabung reaksi secara
terpisah, yang berisi 10 ml suspensi standar diuji bakteri
(108 cfu ml -1).
Tabung reaksi diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Kontrol untuk uji
organisme ini menggunakan air suling bukan sampel. MIC
didapatkan dari konsentrasi dalam tabung reaksi yang di dalamnya tidak ada pertumbuhan bakteri.
Penentuan Senyawa oleh Analisis DART-MS
(Direct
Analisys Real Time – Mass Spectrofotometer)
DART-MS yang terekam pada Spektrometer
Massa JEOL-AccuTOF JMS-T100LC memiliki sumber DART. Sampel dimasukkan kedalam sumber DART.
Ekstrak yang dianalisis pada ,metode ini yaitu dalam bentuk ion
positif.
BAB
IV
HASIL
DAN DISKUSI
Fraksi etanol yang
diperoleh dari berbagai bagian P.juliflora diuji untuk mengetahui sifat
antibakterinya terhadap beberapa bakteri Gram-negatif dan Gram-positif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak
daun, buah dan bunga, efisien dalam menghambat pertumbuhan bakteri,
sedangkan ekstrak akar dan batang tidak menunjukkan zona hambatan terhadap
salah satu bakteri yang diuji (Lampiran,
Tabel 1). Ekstrak etanol dari daun, buah dan bunga menunjukkan aktivitas
antibakteri yang merupakan salah satu manfaat dari alkaloid. Prosesnya yaitu
ekstraksi dan kemudian hasil ekstraknya diuji terhadap bakteri strain.
(Lampiran,
Tabel 2) menunjukkan bahwa ARF daun, buah dan bunga memiliki
aktivitas antibakteri yang cukup kuat. ARF yang diperoleh dari daun relatif lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan
bakteri, karena terlihat zona hambatan yang lebih besar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa E.coli, P.putida, B.cereus. Klebsiella sp. S. aureus, E.coli (ampR) rentan terhadap ARF dari semua bagian tanaman yang
diuji sedangkan Salmonella sp., Acinetobacter sp. dan Alcaligen sp. dihambat oleh ekstrak daun
tetapi tahan terhadap ekstrak bunga.
Perbandingan zona penghambatan
daun, buah dan ekstrak bunga dengan antibiotik standar menunjukkan hasil
aktivitas antimikroba yang hampir sama (Tabel
2). Tidak ada antibiotik yang mampu menghambat pertumbuhan semua bakteri strain
yang diuji kecuali oflaxacine, dan dapat dibuktikan pula bahwa ekstrak daun dan
buah sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
(Lampiran
Tabel 2) menunjukkan bahwa bakteri strain hanya sedikit yang
resisten terhadap beberapa jenis obat antibiotik, seperti Acinetobacter hanya tahan terhadap ampisilin, chloramphinecol,
tetrasiklin, rifampisin, dan obat sulfa. Sedangkan Alcaligen tahan terhadap obat ampisilin, chloramphinecol,
tetrasiklin, rifampin, streptomisin dan sulfa. E.coli dikenal tahan terhadap ampisilin dan tidak hanya tahan terhadap ampisilin,
tetapi juga tahan terhadap obat sulfa. Pertumbuhan bakteri ini dapat dihambat
oleh adanya ekstrak alkaloid.
Hasil uji MIC (Lampiran, Tabel 3) menunjukkan bahwa
konsentrasi hambat minimum yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
berkisar antara 25μg/ml-100μg/ml. ARF daun memiliki MIC rendah dibandingkan dengan
nilai MIC dari buah dan bunga. Nilai MIC untuk ekstrak daun setidaknya dapat diamati terhadap Klebsiella sp. (25 pg/ml), diikuti oleh E.coli, P.putida, B.cereus, S. aureus, E. coli (amp
R) (50 pg/ml), dan kemudian Alcaligen sp.
(75mg/ml), Acinetobacter sp. dan Salmonella sp. (100 mg/ml). Nilai MIC
ekstrak buah untuk Klebsiella (50 ug/ml),
diikuti oleh E.coli, P.putida, E. coli (amp R) (75 mg/ml), dan kemudian B.cereus, S. aureus, Alcaligen sp., Acinetobacter sp. dan Salmonella
sp. (100 mg/ml). Nilai MIC ekstrak bunga untuk Klebsiella (50pg/ml), diikuti oleh E.coli, P.putida (75 mg/ml)
dan kemudian B.cereus, S.aureus dan E.Coli (amp R) (100 mg/ml), untuk Alcaligen sp, Acinetobacter sp. dan Salmonella sp. tidak ada konsentrasi minimum dari ARF ekstrak
bunga yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri tersebut.
ARF yang diperoleh dari
P.juliflora dipisahkan dengan TLC dan
setelah dipisahkan kemudian dilakukan penyemprotan menggunakan reagen
dragondorff dan diamati bahwa daun mengandung jumlah alkaloid tertinggi dengan
3 tempat memberikan tes positif adanya alkaloid. Ekstrak buah dipisahkan
menjadi 2 bintik-bintik dan ekstrak bunga menunjukkan satu pita kontinu. Masing-masing
tempat diuji aktivitas antibakterinya. Tiga titik bagian ARF daun yang
diperoleh dari TLC, ada 2 fraksi yang efektif dalam menghambat pertumbuhan
semua bakteri strain yang diuji. ARF buah dan bunga menunjukkan dua dan satu
tempat masing-masing, dan semua fraksi masing-masing kelompok terbukti efektif
dalam menghambat pertumbuhan bakteri.
Fraksi aktif dipisahkan
oleh TLC menjadi sumber analisis DART - MS untuk identifikasi alkaloid. Spot
aktif pertama analisis DART- MS yang diperoleh dari ekstrak daun menunjukkan
adanya alkaloid utama P.juliflora,
berupa Juliflorine atau Juliprosopine (m/z [M + H]+
630.5815) dalam konsentrasi tertinggi, dan konsentrasi alkaloid yang terkecil
terdapat pada, Juliprosine (m/z [M +
H]+ 628.5639) dan Juliprosinine
(m/z [M + H]+ 626,5474). Kedua tempat yang aktif menunjukkan
adanya 3 alkaloid, dimana senyawa yang hadir dalam konsentrasi tertinggi
diidentifikasi sebagai Julifloridine
(m/z [M + H]+ 300.2813), alkaloid dalam konsentrasi kecil
lainnya yaitu projuline (m/z [M+H]+
421.3983) dan prosafrinine (m/z [M
+H]+ 298,2674).
Pada (Lampiran, Tabel 5 dan 6) Juliprosopine di fraksi alkaloid ini
hampir tidak ada namun dapat diamati di bagian buah dan hanya ditemukan dalam
jumlah yang cukup kecil. Sedangkan Julifloridine termasuk alkaloid mayor
dalam tumbuhan ini. Selain itu kedua fraksi buah yang aktif menunjukkan adanya
kelompok alkaloid yang serupa, yaitu Juliprosopine
(m/z [M+H]+ 630.5841), Julifloridine
(m/z [M+H]+ 300.2804), dan Prosafrinine
(m/z [M+H]+ 298.2672) serta beberapa
bahan kimia lainnya. Sedangkan pada ekstrak bunga menunjukkan hanya ada satu alkaloid
utama, yaitu Julifloridine (m/z [M+H]+
300,2825).
BAB
V
DISKUSI
Kemampuan fraksi kaya
alkaloid diperoleh dari ekstrak berbagai bagian P.juliflora untuk menghambat pertumbuhan hampir semua spesies
bakteri yang diuji, menunjukkan adanya sifat
antibakteri dari terbentuknya zona hambat yang luas. Hasil ini mendukung temuan
Elisabetsky dan Costa-Campos, 2006, bahwa
alkaloid digunakan oleh tanaman dalam mekanisme pertahanan terhadap patogen dan
predator. Sebelumnya pun sudah ada penelitian tentang hal serupa yang diteliti
oleh Kandasamy, 1989. Yaitu menunjukkan
adanya sifat antibakteri
dari ekstrak daun P.juliflora, tetapi
penelitian ini menunjukkan bahwa buah dan bunga juga memiliki potensi untuk menghambat
pertumbuhan bakteri.
Infeksi yang disebabkan
oleh obat – obat antibakteri sangat sulit untuk diobati dengan antibiotik
dengan cara yang konvensional. Dalam penelitian ini, pertumbuhan Acinetobacter sp, Alcaligen sp, Salmonella
sp.. dan E.coli (Amp R ) resisten
terhadap segala macam antibiotik standar, hal ini dikarenakan adanya daya
hambat dari fraksi alkaloid, yang menunjukkan potensi dari bagian-bagian tanaman
yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Hal ini juga dapat disimpulkan bahwa
senyawa antibakteri yang diekstrak dari P.juliflora dengan antibiotik standar kemungkinan
memiliki jenis mekanisme yang berbeda dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Dengan tujuan untuk
mengidentifikasi alkaloid yang ada dalam daun, buah dan ekstrak bunga maka
dilakuikan uji DART – MS untuk mengetahui aktivitas antibakteri dan datanya pun
dapat dipertanggungjawabkan. Diamati pula bahwa di semua fraksi yang aktif
ternyata terdapat alkaloid pipperid. Ada dua kelompok alkaloid yang ada, yaitu satu
dengan cincin indolizidine di pusat molekul dan lainnya tanpa cincin indolizidine.
Juliprosopine, Juliprosine dan Juliprosinine yaitu bagian dari kelompok
alkaloid yang pertama, sedangkan Julifloridine,
Projuline dan Prosafrinine yaitu
bagian dari kelompok alkaloid yang kedua.
Aktivitas antibakteri
terdapat pada alkaloid kelompok pertama. Namun,
menurut Ahmed dkk. kelompok alkaloid
lainnya pun memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Analisis DART-MS
juga mengungkapkan bahwa Juliprosopine dan
Julifloridine terdapat dalam
konsentrasi tertinggi di fraksi aktif, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa alkaloid
utama ini dapat dipercaya untuk menghasilkan aktivitas antibakteri dari daun,
buah dan bunga.
Apabila dibandingkan,
antara ekstrak daun, buah dan bunga. Maka nilai MIC terendah diperoleh dari ARF
ekstrak daun terhadap semua bakteri yang diuji, sehingga dapat dikatakan bahwa
ekstrak daun memiliki potensi yang sangat tinggi untuk menghambat pertumuhan
bakteri. Hasil yang sama diperoleh pula dari metode TLC dan analisis DART ekstrak
daun, buah dan bunga, menunjukkan adanya alkaloid utama yang terkandung dalam
ekstrak daun, yang dapat menyebabkan efek alkaloid yang lebih sinergis dalam mengambat
pertumbuhan bakteri dibandingkan ekstrak buah dan bunga.
BAB
VI
KESIMPULAN
Uji antibakteri yang dilakukan
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun, buah dan bunga dari P.juliflora memiliki sifat antibakteri
dan juga memiliki potensi untuk menghambat resistensi antibiotik bakteri strain.
Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk
mengendalikan resistensi bakteri dan patogen. Analisis DART-MS menunjukkan bahwa bunga dan buah dari P.juliflora juga merupakan sumber yang
kaya akan alkaloid piperidin sama halnya dengan alkaloid pipperidin dalam daun.
Daun mengandung kelompok alkaloid yang sangat beragam sedangkan buah dan bunga
mengandung jumlah alkaloid yang relatif lebih sedikit.
DAFTAR
PUSTAKA
MCDONALD,
L.C.
2006. Trends in antimicrobial resistance
in health care–associated pathogens and
effect on treatment.
Clinical Infectious Diseases 42: 65–71.
PATERSON,
D.L.2006.
The epidemiological profile of infections
with multidrugresistant Pseudomonas
aeruginosa and Acinetobacter
species. Clinical Infectious
Diseases 43: 43–8.
CRAGG,
G.M. AND NEWMAN, D.J. 2005. Biodiversity: A continuing source of novel drug Leads. Pure and Applied Chemistr 77: 7–24.
NEWMAN,
D.J., CRAGG, G.M. AND SNADER, K.M. 2003. Natural products as sources of new drugs
over the period 1981-2002. J.
Natural Product 66: 1022-1037.
MARK,
S. AND BUTLER, M.S.
2004. The role of natural product
chemistry in drug discovery. J. Natural
Product 67: 2141-2153
HARTWELL,
J.L.
1971. Plants used against cancer. A sur vey,
Lloydia 30-34.
TENE,
V., MALAG´ON, O., FINZI, P.V.,
VIDARI, G., ARMIJOS, C. AND ZARAGOZA, T., 2007.
An ethnobotanical survey of medicinal
plants used in Loja and Zamora-Chinchipe, Ecuador. J. Ethnopharmacology 111: 63–81.
AHMAD,
V. U., BASHA, A. AND HAQUE, W.
1978. New alkaloids from Prosopis
juliflora. Zeitschrift für
Naturforschung 33: 347-348.
AHMAD,
V.U., SULTANA, A. AND QAZI, S. 1989. Alkaloids from the leaves of Prosopis Juliflora.
J. Natural Product 5:, 497–501.
NAKANO,H.,
NAKAJIMA,E., HIRADATE,H., FUJII,Y., YAMADA,K., SHIGEMORI,H. AND HASEGAWA,A. 2004.
Growth inhibitory alkaloids from mesquite(Prosopis julispora(Sw.)Dc.) leaves. Phytochemistry 65: 587-591.
AHMAD,
A., KHURSHEED, A. K., SABIHA, Q. AND VIQARUDDIN, A.
1989. Antifungal activity of some
hydrosoluble Prosopis juliflora
alkaloids. Fitoterapia 60: 86-89